Review Novel Njai Kedasih karya ImperialJathee
SAYA MEMANG menyukai cerita-cerita berbau sejarah, meskipun berupa karya fiksi. Salah satunya adalah dengan membaca buku yang saya ulas ini. Review novel Njai Kedasih karya ImperialJathee yang diterbitkan Andi Publisher. Terbitan 2012 dan saya baru membacanya pada akhir 2022 lalu. Bukunya saya beli via marketplace waktu ada promo besar dari penerbitnya beberapa waktu lalu.
Identitas Novel Njai Kedasih
- Judul: Njai Kedasih
- Pengarang: ImperialJathee
- Penerbit: Andi Publisher
- Tahun terbit: 2012
- Tebal: vi+218
- ISBN: 978-979-29-3398-7
Sinopsis Novel Njai Kedasih
Sebagai pembuka ulasan kali ini, saya kutipkan sepenggal scene dalam novel yang dijadikan blurb di sampul belakang. Coba simak dialog antara Njai Kedasih dan suaminya, Tuan Heidel ini.
“Ah, wangi sekali Istriku ini,” komentarnya ketika sibuk melepas jas, lalu dasi, dan meloloskan beberapa kancing baju lengan panjangnya di sisi pojok ruangan, menghadap cantelan baju. Ia menghampiriku dari belakang. Dari permukaan kaca, suamiku terlihat tersenyum. Aku diam.
“Kau kenapa, Istriku, tak seperti biasanya,” ucapnya karena menangkap perubahanku hari ini. Aku lebih banyak diam.
“Ada persoalan apa?” Katanya lagi, lalu menciumi leherku. Aku masih diam.
“Ini apa?” Setelah tak tahan lagi, kuletakkan pistol kecil di atas meja riasku.
Nah, mulai terpantik rasa penasaran belum, nih? Masih dari blurb, tertulis bahwa Njai Kedasih hidup di dua jaman, yaitu masa kolonial Belanda dan masa penjajahan Jepang. Ia begitu terkagum dengan trem di kota Batavia. Dari benda yang dianggapnya ajaib ini, ia berjumpa dengan laki-laki Belanda yang bermata biru, yang juga seorang insinyur mesin kereta api. Baginya, Tuan Heidel ini tak seperti laki-laki lain yang hanya melihat dirinya dengan mata yang nakal. Mata birunya begitu tulus, penuh dengan perhatian.
Ketika Jepang datang, suaminya membantu KNIL mempertahankan Pulau Jawa. Selama perang berlangsung, mereka hanya berhubungan lewat surat. Hingga sampai suatu waktu tak ada lagi surat datang dari Heidel. Apakah Suaminya ini akan kembali? Dengan begitu sedih, Kedasih berjanji untuk terus menunggunya.
Novel ini berkisah tentang tokoh utama bernama Njai Kedasih. Seorang wanita mandiri yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan berjualan kain batik di Pasar Senen, Batavia. Pernah beberapa kali menikah, namun selalu saja berakhir dengan meninggalnya sang suami, hingga di kampungnya ia dianggap membawa sial atau kutukan.
Kedasih menjadi pedagang batik yang cukup sukses di Pasar Senen. Meski janda, ia adalah wanita yang menjaga kehormatan. Ada Raden Sewoyo yang seringkali menggodanya tapi tak pernah digubris. Tabu baginya menanggapi rayuan lelaki dengan banyak istri yang menaksirnya itu.
Raden Sewoyo sempat menjadi ganjalan bisnisnya ketika memberi modal besar pada Sanikem, pedagang batik saingan Kedasih, yang sudah jadi wanita demenannya. Sehingga banyak pelanggan Kedasih yang pindah pada wanita itu. Insiden memalukan sempat terjadi, di mana Kedasih dan Sanikem berkelahi di pasar.
Kesukaan Kedasih menaiki trem mempertemukannya dengan Tuan Heidel, lelaki Belanda yang bekerja sebagai teknisi kereta api. Keduanya saling jatuh cinta. Namun, di sisi Tuan Heidel ada Nyonya Ruth yang juga menginginkan menjadi pasangan hidupnya.
Ganjalan lain yang membayangi hubungan Kedasih dengan Tuan Heidel adalah kekejaman tentara Belanda di kota kelahirannya. Bagyo, adik Kedasih yang menyusul ke Batavia mengingatkan perilaku tidak menyenangkan para tentara itu. Kedasih berusaha menjelaskan bahwa tidak semua orang Belanda sekejam itu.
Bagaimana akhirnya sikap keluarga Kedasih, maukah menerima Tuan Heidel? Bagaimana kelangsungan bisnis batiknya di Pasar Senen setelah ada saingan Sanikem yang didukung Raden Sewoyo? Bagaimana akhir cerita Tuan Heidel dan Nyonya Ruth? Wah, banyak tanda tanya jadinya, ya?
Pada ujung cerita novel ini, Jepang datang, keahlian Tuan Heidel dibutuhkan untuk memastikan kereta api beroperasi normal selama perang berlangsung. Semula Kedasih bisa tahu kabar suaminya itu lewat surat yang datang ke rumah. Ketika situasi kian tak pasti, Kedasih harus mengungsi ke Yogyakarta yang lebih aman. Tak ada lagi surat datang dari Tuan Heidel. Apakah ia akan kembali? Dengan begitu sedih, Kedasih berjanji untuk terus menunggunya.
Kelebihan dan Kekurangan Novel Njai Kedasih
Dengan membaca novel ini, pembaca diajak masuk ke masa-masa di mana negeri ini berada di bawah kolonialisme Belanda yang terbentuk praktik dominasi kepemimpinan (hegemoni) yang dilakukan tanpa paksaan, tapi sebenarnya tetap saja menyebabkan ketidakadilan bagi pribumi.
Mengikuti kehidupan Njai Kedasih kita diajak mengitari Pasar Senen tempo dulu dan keliling Batavia dengan menumpang trem. Kentalnya perlakuan yang merendahkan pribumi kala itu juga bisa dirasakan, di samping mulai bermunculan juga sikap bersahabat dari orang-orang Belanda terutama bagi mereka yang bergelut di dunia bisnis.
Novel ini disajikan dengan gaya sangat santai. Bahkan terlalu santai dalam arti tak ada konflik yang benar-benar sampai runcing hingga membuat pembaca terbawa emosi. Tak ada sama sekali. Semua masalah selesai dengan mudahnya.
Sampul depan novel Njai Kedasih |
Bab demi bab novel membuat pembaca benar-benar dekat dengan tokoh utama. Banyak kebaikan yang dicontohkan Njai Kedasih, di antaranya bagaimana bersikap pada para jongos alias bawahannya. Demikian kedekatan itu hingga saya ikut merasakan sesak di dada kala Kedasih harus terpisah dengan sang suami.
Kesimpulannya, novel ini cukup ringan untuk dibaca siapa saja tanpa terbebani istilah-istilah asing. Runutan cerita yang sederhana juga sangat mudah untuk dipahami. Cukup menghibur untuk mengisi waktu senggang dengan membaca novel setebal 218 halaman ini. Semoga bermanfaat!
Get notifications from this blog
Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.