Kerinduan Itu Bernama Alakatak
Mobil mewah berplat ibu kota negara itu berhenti di Pasar Tawangkuno. Hari itu Kliwon, hari pasaran di Tawangkuno, selain Pahing. Dari mobil yang menepi itu turun seorang ibu paruh usia, ia hendak berangkat kembali ke kota. Melangkah segera ke arah salah satu penjual di pasar. Apa yang ia beli? Alakatak.
Di lain waktu, lain kesempatan. Seorang perantau sukses yang baru mudik. Menyempatkan ke Pasar Cakruk. Satu yang membuatnya kangen yang harus segera ia beli. Alakatak.
Seorang ibu pulang dari Pasar Watukelir. Disambut anaknya yang baru masuk SMP. Apa yang ia tunggu sebagai oleh-oleh sang ibu dari pasar? Alakatak.
Pasar Pon Kandren, seorang nenek sedang duduk melepas lelah sambil menikmati makanan kesukaan beliau. Alakatak.
Di Jakarta. Suatu ketika. Beberapa anak muda perantau dari Weru, Sukoharjo, terlihat mengobrol. Di dekat mereka ada bungkus rokok, asbak penuh abu, biskuit, dan botol minuman ringan. Tapi ada yang dirindukan oleh lidah mereka yang tidak bisa dijumpai di Jakarta. Alakatak.
Iya. Alakatak. Di manapun di dunia ini, di belahan bumi sebelah mana juga, mungkin banyak dijumpai makanan enak, nikmat, gurih, sedap, dan menggiurkan. Tapi tidak akan bisa menandingi cita rasa makanan khas dari Weru, Sukoharjo, Jawa Tengah ini. Tentu ini berlaku bagi masyarakat dan perantau yang asli dari Kecamatan Weru dan sekitarnya.
Namanya alakatak. Tempe alakatak. Atau biasa juga disebut tempe lekatak. Makanan ini memang hanya bisa dijumpai di pasar-pasar tradisional di sekitaran kecamatan Weru. Menjadi oleh-oleh khas para ibu sepulang dari pasar. Memanjakan lidah para pecintanya. Dan setiap orang dari Weru bisa dipastikan sangat menyukainya. Tidak terkecuali. Berbagai usia, anak, remaja, dewasa, orang tua, kakek-nenek, semuanya. Mereka akan sepakat dengan kenikmatannya. Tak ayal, mereka yang merantau pun akan selalu mencari alakatak setiap kali mudik.
Alakatak adalah makanan berupa tempe yang berbahan dasar sejenis kacang-kacangan atau polong, benguk namanya. Direbus, digiling, dibumbui kunyit dan kelapa. Disajikan basah atau lembek empuk, sedikit kenyal digigit.
Alakatak biasa dilengkapi dengan mie bertekstur lembut dengan warna putih atau kuning berbentuk kotak memanjang. Mie ini dibuat dari bahan tepung tapioka. Rasanya gurih dan sangat memanjakan lidah....
Alakatak selalu dibungkus dengan daun jati, dengan potongan lidi sebagai penusuknya agar tertutup aman. Tusuk dari lidi ini juga biasa digunakan untuk menusuk alakatak saat memakannya.
Makanan yang selalu dirindukan pecintanya ini hanya bisa ditemui di kecamatan Weru. Harganya murah-meriah. Siapa pun bisa membelinya di pasar tradisional Weru. Sebutlah Pasar Watukelir, Pasar Tawangkuno, Pasar Kersan, Pasar Cakruk, atau sedikit keluar dari Weru yakni di Pasar Tawangsari.
Apakah Anda penasaran dengan alakatak? Kalau iya, maaf, Anda harus ke Weru, Sukoharjo, karena makanan khas ini tidak memungkinkan dikirim ke luar daerah. Hal ini disebabkan tidak adanya bahan pengawet makanan yang dipakai dalam proses produksi alakatak. Ditambah lagi campuran kelapanya yang membuatnya tak cukup awet untuk dimakan di lain hari. Bahkan, pagi dibeli tidak bisa dimakan sore, pasti sudah basi dan tak lagi enak dinikmati.
So, Anda penasaran dengan alakatak, maka mau tidak mau harus berkunjung ke Weru, Sukoharjo. Alakatak, memang tiada duanya....
Get notifications from this blog
Ini makanan khas Sukoharjo, Jawa Tengah? Biasa jadi lauk atau bisa juga sebagai camilan? Harganya berapa per bungkus (ditulis murah, tapi tidak disebutkan rupiahnya) ^^
BalasHapusKhas Weru, lingkup kecamatan. Tidak ditemukan di kabupaten Sukoharjo. Weru saja. Harga 1.000 rupiah. Biasa dimakan sbg jajanan tidak untuk lauk.
HapusBaru denger nama makanan ini.. tapi keren ceritanya..
BalasHapusEmang sangat lokal, jarang yg tau. Tapi pernah diliput di tv kok...
HapusTempe benguk ya? Wah biasanya cuman dimakan setelah digoreng gitu aja.
BalasHapusAlakatak. Sepertinya enak.
Bahannya sama benguk, tapi ini bukan tempe benguk. Beda banget mbak.
HapusWahh jadi penasaran pengen coba..
BalasHapusTuruti penasarannya mas Tian. Main ke Weru. Hihi
HapusAku ngiler, Kang Wakhid! Sumpeh :p
BalasHapusEnak lho mas, buat sarapan
HapusAlakatak? Unik namanya. Jadi penasaran
BalasHapusArah tulisannya emang kesitu mbak... Hihi.
HapusPenasaran dengan rasanya...bisa mintakah resepnya?hahahaha
BalasHapusSaya juga gak bisa bikinnya. Bisanya makan. Hahaha.
HapusAjibbb bgttt makanan khas kota yang selalu dirindui. Saya kok jadi pengen ya ☺
BalasHapusKampung kali mbak, bukan kota...
Hapusnamanya baru denger, alakatak. unik n agak aneh di kuping...
BalasHapusbagus tulisannya, ringan dan jelas
Berarti tulisan saya sukses memperkenalkan alakatak, mas... hehe
HapusHidup alakatak, orang weru dansekitarnya mana suaranyaaaa
BalasHapusNah, ini penggila alakatak. Hahaha...!
Hapus