Farel dan Lampu Merah
Kisah menggelikan ini terjadi ketika aku mengajar TPA di masjid Darussalam Candi, hari Kamis sore. Meski hujan gerimis aja, ternyata tak menggoyahkan semangat para santri menuntut ilmu. Cukup membuat saya bersemangat, meski awalnya agak ragu berangkat karena cuaca.
Setelah kegiatan baca Iqro selesai. Santri berkumpul untuk persiapan pulang. Karena jam pulang masih beberapa menit lagi, maka kuajak santri bertepuk ria dulu. Tepuk Anak Sholeh. Plok! Plok! Plok! Aku anak sholeh... dst.
Kelar tepuk-tepuk ria. "Sekarang kita ingat kembali hafalan nama Nabi."
Kompak santri-santri kecilku menyanyikan bait lagu 25 Nabi yang dipopulerkan Raihan. "Adam Idris Nuh Hud Sholeh ... dst!"
Meriah sekali, ya. Kelar lagu itu dinyanyikan bersama, kucoba menantang santri, "Ada yang berani menyanyikannya di depan?"
"Aku!" Si Farel mengangkat jari. Nih anak pemberani juga, pikirku. Padahal masih TK. Semoga beneran sudah hafal lagu 25 Nabi, doaku.
Kupersilakan Farel maju. Dan tanpa babibu, bocah 5 tahun langsung menyanyi. Aku kaget. Teman-temannya langsung pada tertawa. Tak kusangka Farel menyanyi:
"Lampu merah tanda berhenti!"
Baru baris pertama lagunya sudah disambut tawa semua yang ada di masjid. Aku juga ikut tertawa, si Farelnya yang tidak paham kenapa teman-temannya pada tertawa.
"Ya sudah, Farel, teruskan nyanyinya!" kataku sebelum Farel menangis karena jadi bahan tertawaan.
"Lampu merah tanda berhenti... Lampu kuning berhati-hati... Lampu hijau boleh berjalan... dst!"
Hehe. Ada-ada saja! Maju terus pantang mundur, Farel!
Get notifications from this blog
Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.