Anak-Anak Istimewa
Oleh : Wakhid Syamsudin
Ketua Umum komunitas menulis One Day One Post (ODOP)
Beberapa waktu lalu, salah seorang tetangga saya mengadakan tasyakuran khitan anaknya. Si anak adalah salah satu anak berkebutuhan khusus. Acara berjalan dengan lancar, banyak tamu turut mendoakan agar si anak menjadi anak saleh.
Awalnya saya datang dan istri turut hadir sebagai among tamu, seperti lazimnya acara hajatan di rumah tetangga, dengan perasaan biasa saja. Namun semakin berjalannya acara, saya merasakan keharuan demi keharuan membuncah ketika para tamu berdatangan.
Barangkali karena shahibul hajat memang aktif dalam kegiatan komunitas difabel di bawah naungan dinas sosial, tak heran tamu yang hadir sebagian dari keluarga yang memiliki anak-anak istimewa. Yang membuat saya terharu, anak-anak berkebutuhan khusus itu diajak bersosialisasi dengan baik, terkondisikan, dan tanpa sekat sosial. Betapa besar hati para orangtua yang dengan bangga menggendong anak-anak disabilitas, tanpa sungkan berbaur. Sangat mengharukan. Mereka datang selayaknya bertamu pada hajatan umumnya, anak-anak didandani seganteng dan secantik mungkin. Kekurangan anak diterima sebagai hadiah istimewa dari Allah Swt dengan segala syukur.
Ternyata belum genap keharuan yang saya rasakan. Ketika kepala kantor dinas sosial kabupaten yang menyempatkan datang, membuat mata saya berkaca-kaca. Usai menyanyi, orang nomor satu di kantor dinas sosial kabupaten itu memeluk si anak. Lalu dengan bangga mengatakan bahwa anak tersebut adalah juga cucu baginya. Terasa sekali kehangatan kekeluargaan yang beliau perlihatkan. Selain saya, hadirin juga terlihat terharu sekali.
Saat saya berkesempatan berbincang dengan istri saya, saya singgung tentang segala keharuan ini. Istri saya malah bilang kalau ia sampai meneteskan air mata saking terbawa perasaan.
Barangkali hari itu, merupakan momen yang tidak akan terlupakan. Di mana saya dan istri merasakan betapa kerdilnya saat diri kurang bersyukur. Kehadiran anak-anak istimewa dengan senyum dan gelak-tawa mereka, mampu meluruhkam segala keegoan jiwa. Sebuah pengalaman rohani yang mampu menguras keharuan. Sungguh, mereka telah menjadi guru yang mengajari bagaimana memaknai hidup.
Dimuat di Majalah Hadila edisi 149 bulan November 2019
Get notifications from this blog
beberapa hari yang lalu saya sempet ngobrol sama temen yg kebetulan beliau adalah guru dr anak2 berkebutuhan khusus. dalam rangka referensi untuk bahan tulisan, ngedengerin cara mereka menyikapi anak2 seperti itu ngebuat saya terharu, intinya dukungan dari keluarga maupun org sekitar sangat diperlukan demi keberlangsungan hidup mereka ke depan.
BalasHapusIya, Mbak Ayu. Butuh jiwa besar dari orangtua.
HapusMomen langka ya kak, bisa bertemu dgn para calon ahli surga, dukungan dari lingkungan tentunya diperlukan Orangtua agar jangan sampai merasa rendah diri memiliki anak-anak istimewa
BalasHapusIya, Mbak Priyani. Mereka luar biasa. Semoga Allah meninggikan derajat mereka dengan ujian yang dihadapi penuh sabar.
HapusSaya membayangkan jika berada di lokasi pun jangan2 saya menangis melihat anak2 hebat itu
BalasHapusDasar cengeng. hehehe.
HapusTempat penitipan anak saya juga mempunyai anak berkebutuhan khusus, itulah mengapa saya percaya anak saya akan dirawat dengan baik oleh beliau, krn diamanahi ABK oleh Allah adalah sebuah amanah yg besa
BalasHapusLuar biasa.
HapusKeren sekali sangat menginspirasi kakak #semangat
BalasHapusSemangat selalu, Pak Eko!
HapusAh Tenane juga sepertinya bisa disentuh dengan pengalaman inspiratif ini...
BalasHapusLagi susah melucu, Mas. Hehe...
HapusSaya baca kisah ini saja berkaca-kaca Pak... Masaya Allah, bersyukur bersyukur bersyukur...
BalasHapusAlhamdulillah...
HapusTerharu banget ....
BalasHapusDuh...
Hapus